"Sedang waktu menggarap ruas Demak-Kudus memotong semenanjung Muria/Jepara para pekerja berkaparan dalam meninggikan tanah di rawa rawa Karanganyar baik karena kelelahan, perlakuan keras, maupun malaria yang berabad menghantui wilayah Karanganyar."
(Jalan Raya Pos, jalan Daendels; 2005: hal.26),
Petikan diatas adalah satu ilustrasi dalam novel Pramudya Ananta Tour yang menggambarkan tentang jalan menuju kota Kudus, saat pembangunan jalan Daendels.
"Menara Kudus", nama populernya. Nama menara mesjid Al Aqsa atau Al Quds, yang didirikan oleh Sunan Kudus. Salah satu sumber nama "Kudus" juga berasal dari nama asli mesjid legendaris ini.
Menara Kudus (baca: menoro Kudus) adalah simbol akulturasi dan toleransi yang sangat kuat. Bentuknya yang seperti candi milik umat Hindu memang disengaja oleh Sunan Kudus agar Islam diterima sebagai "tetangga" yang baik. Di kala masyarakat Kudus mayoritas masih menganut Hindu saat itu. Pram sendiri menyanjung Kudus sebagai kota yang menempati mata rantai penting dalam penyebaran Islam tingkat pertama di Jawa (hal.95).
Sunan Kudus menerima nasihat dakwah itu dari Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang, seniornya yang juga terkenal dalam dakwah lewat kebudayaan dalam mengenalkan Islam pada msyarakat pantura Jawa. Agar memberikan simbol dakwah yang melebur.Sunan Kudus yang tak cuma di kenal sebagai pemuka agama tetapi juga politikus turut berperan serta dalam roda pemerintahan Kerajaan Demak abad- 16
Di luar itu, dakwah Sunan Kudus juga melarang penganut awal Islam di kota Kudus untuk menyembelih sapi, juga untuk menghormati umat Hindu yang mensucikan hewan ini. Jadilah kuliner kerbau menjadi tradisi kuat masyarakat Kudus. Termasuk saat percampuran dengan kuliner Cina, yaitu soto.
Meskipun demikian dalam beberapa kali perjalanan kami pulang ke Jawa mampir menikmati kuliner Kudus, saat ini masyarakat Kudus mulai banyak yang mengkonsumsi daging sapi, seiring mulai langkanya peternak dan hewan kerbau. Plus makin mahalnya harga daging kerbau.
Yang paling keren dari Sunan Kudus adalah warisannya pada apa yang disebut sikap Qana'ah.
Sikap "Merasa Cukup" dalam segala hal.
Oleh karena itu tidak heran, dalam perekonomian, terutama kuliner, banyak sekali pedagang makanan khas Kudus. Kudus terkenal dengan 3-4 ikon kuliner yang berjualan hanya 3-4 jam sehari. Walau pelanggan luar kota banyak yang mengeluh kecewa ga kebagian. Si pedagang tetap bergeming.
Luar biasa melihat sikap-sikap "merasa cukup" itu setelah saya beranjak dewasa dan menjadi orang tua bagi anak anak. Banyak sahabat dan bestie saya adalah orang Kudus, mengingat dulu masa muda saya banyak dihabiskan di karesidenan Pati yang meliputi Pati, Kudus, Rembang, Blora dan Jepara, alangkah malunya saya jika sikap "merasa cukup" tidak tertanam dalam hati. Apalagi ibuk saya almarhum dulu sering mengingatkan dalam keseharian, termasuk setelah menikah. Semoga kita semua memang bisa seperti itu. Butuh tekad kuat
Sebuah sikap yang mungkin dekade ini menemukan momentumnya. Saat korupsi, yang pasti diawali oleh sikap "tidak merasa cukup", masih menjadi masalah terbesar bangsa. Sikap hormat dan menghargai terhadap orang lain, termasuk keyakinannya, juga sikap Qonaah dan rendah hati, yang dicontohkan Sunan Kudus sangat relevan kita teladani.
Leave a Reply